1 hari menjelang mubes PRIMAKAPON...
Masih teringat jelas ketika pertama kali berada di organisasi ini. Hanya sebuah kisah silam mungkin. Namun masih tetap segar di kepala. Karena berawal dari sinilah hingga aku sampai berada di luar sana...
Itu terjadi 4 tahun silam. Semula hanya ”terjebak”, namun lama- kelamaan menjadi bagian yang sulit dipisahkan. Karena secara tidak sadar organisasi ini membentuk watak dan pola berfikir, sehingga aku merasa betapa aku ”mencintai” PRIMAKAPON.
Blog ini ada juga karena kecintaan itu. Begitupun dengan tulisan ini, semata-mata ingin menyampaikan kebimbangan yang mulai membuat otak ini tak henti berfikir, bagaimana agar PRIMAKAPON menjadi lebih baik lagi ke depan.
4 tahun lalu, sama sekali tak ada niat juga minat untuk berada di organisasi ini ketika suatu kali seorang teman mengajak untuk bergabung di PRIMAKAPON. Kira-kira semester 2, terdengar berita bahwa asrama kabupaten pontianak dibuka. Di situlah awalnya... sama sekali tidak tahu jika asrama adalah ”anaknya” PRIMAKAPON. Maka secara tidak langsung kami yang note benenya masih anak baru di asrama harus ikut serta dalam setiap kegiatan PRIMAKAPON. Mau tidak mau jadilah kami anak asrama angkatan pertama yang juga anak PRIMAKAPON (dapat 2 status sekaligus).
Berikutnya, kami mulai diajari menjadi ”seseorang” oleh PRIMAKAPON. Mulai dari manajerial organisasi sampai hal-hal kecil lainnya. Beban berat dalam proses itu adalah bahwa bagaimanapun kami harus ikut dalam setiap agenda PRIMAKAPON. Tak peduli masalah kuliah atau ada kegiatan ekstra lainnya. PRIMAKAPON harus jadi prioritas. Meskipun dengan keterpaksaan dan sedikit kekecewaan, kami tetap mengikuti satu demi satu kegiatan PRIMAKAPON. Namun, tak jarang dari pola yang diterapkan oleh PRIMAKAPON ini membuat satu demi satu teman-teman seperjuangan di asrama berjatuhan dan kemudian mengundurkan diri. Tinggallah kami yang ”bermental baja” yang kuat-bertahan di asrama, karena memang tak punya tempat tinggal alternatif.
Masalah yang keseringan muncul pada waktu itu adalah masalah dana. Karena tak sama dengan kepengurusan Marwan yang kelimpahan dana, kepengurusan Bang Dika selalu kekurangan dana. Bila ada kegiatan, tak jarang kami dipaksa untuk mencari dana oleh senior. Bak seorang pahalawan yang menyelematkan nyawa PRIMAKAPON, kami pun mencari dana hingga harus membuang malu meminta kepada teman-teman kuliah, juga kepada dosen-dosen asal kabupaten.
Setahun kemudian, ketika momentum MUBES mengamanahkan kepada saudara kami Marwan untuk memimpin PRIMAKAPON, kami harus berhadapan dengan satu masalah lagi. Kami yang ditunjuk sebagai pengurus adalah anak-anak baru yang belum punya ilmu yang cukup untuk menggerakkan PRIAMAKAPON. Jadilah kami kebingungan di tengah jalan. Ketika kepengurusan fakum dan tak berjalan, senior-senior mulai ambil inisiatif. Hingga nyaris tak terlupakan suatu hari ketika pulang kuliah kami membaca sebuah ”warning” BP PRIMAKAPON kira-kira bunyinya begini ”Malam ini pengurus rapat, jika ada yang berani tidak datang akan kami seret sampai bedarah-darah...”, kejam bukan??? itu adalah strateginya BANG AGUS SETIADI DAN BANG DIKA FITRARIANTO untuk membuat pengurus bergerak. (sengaja nama mereka ditulis dengan huruf besar agar dikenal sepanjang hayat PRIMAKAPON).
Itu semua hanya kenangan lama yang masih seringkali diingat oleh teman-teman tiap kali bercerita tentang ”kisah sedih” masa lalu. Namun tak jarang ini membuat kita semua rindu pada PRIMAKAPON masa lalu. Saat kita masih menempati rumah kontrakan lusuh yang harus diisi oleh 4 orang dalam satu kamar, juga saat kita kesulitan air untuk mandi. Namun, satu hal yang berbeda dari saat ini, karena saat itu kita masih punya semangat, cita-cita, mimpi besar, dan idealime yang mengalahkan semua masalah-masalah yang ada.
Kini, semoga ini hanya perasaan ku saja yang sampai saat ini masih berada di struktural PRIMAKAPON, bahwa PRIMAKAPON tak lagi seperti dulu. Banyak hal yang hilang di sini. Entahlah apa, yang pasti rasanya hambar dan kosong saja dalam setiap interaksi kita, juga dalam setiap kegiatan kita yang kehilangan makna. Apa yang salah atau siapa yang salah??? Semenjak kasus pengurus masuk parol, interaksi kita mulai berubah. Begitupun dengan setiap agenda mulai sepi. Rapat-rapat tak lagi semarak, yang hadir pun wajah-wajah baru. Wajah-wajah lama???
PRIMAKAPON boleh jadi diisi oleh orang-orang hebat, orang-orang terkenal dan punya nama di luar, tapi PRIMAKAPON tak butuh itu semua. Yang dibutuhkan PRIMAKAPON saat ini adalah kehadiran anda semua dalam rapat-rapat PRIMAKAPON, suara-suara anda yang semarak, juga semangat optimisme itu. Aku takut PRIMAKAPON hanya dikenal orang sebagai organisasi yang menghimpun mahasiswa-mahasiswa pemimpi, mahasiswa idealis tanpa pernah mencoba merealisasikannya.
Semoga tulisan ini dapat mencerahkan kembali semangat perjuangan kita yang mulai hilang. Juga mendinginkan kegerahan kita saat berada di PRIMAKAPON. Saya hanya menagih janji anda semua yang dulu pernah berkata pada saya bahwa ”KITA TAK BOLEH HANYA NUMPANG TINGGAL, NUMPANG TIDUR, NUMPANG MANDI DAN NUMPANG MAKAN DI PRIMAKAPON, KARENA ASRAMA DAN UANG YANG KITA PAKAI UNTUK PRIMAKAPON ADALAH KERINGAT RAKYAT”.
Masih teringat jelas ketika pertama kali berada di organisasi ini. Hanya sebuah kisah silam mungkin. Namun masih tetap segar di kepala. Karena berawal dari sinilah hingga aku sampai berada di luar sana...
Itu terjadi 4 tahun silam. Semula hanya ”terjebak”, namun lama- kelamaan menjadi bagian yang sulit dipisahkan. Karena secara tidak sadar organisasi ini membentuk watak dan pola berfikir, sehingga aku merasa betapa aku ”mencintai” PRIMAKAPON.
Blog ini ada juga karena kecintaan itu. Begitupun dengan tulisan ini, semata-mata ingin menyampaikan kebimbangan yang mulai membuat otak ini tak henti berfikir, bagaimana agar PRIMAKAPON menjadi lebih baik lagi ke depan.
4 tahun lalu, sama sekali tak ada niat juga minat untuk berada di organisasi ini ketika suatu kali seorang teman mengajak untuk bergabung di PRIMAKAPON. Kira-kira semester 2, terdengar berita bahwa asrama kabupaten pontianak dibuka. Di situlah awalnya... sama sekali tidak tahu jika asrama adalah ”anaknya” PRIMAKAPON. Maka secara tidak langsung kami yang note benenya masih anak baru di asrama harus ikut serta dalam setiap kegiatan PRIMAKAPON. Mau tidak mau jadilah kami anak asrama angkatan pertama yang juga anak PRIMAKAPON (dapat 2 status sekaligus).
Berikutnya, kami mulai diajari menjadi ”seseorang” oleh PRIMAKAPON. Mulai dari manajerial organisasi sampai hal-hal kecil lainnya. Beban berat dalam proses itu adalah bahwa bagaimanapun kami harus ikut dalam setiap agenda PRIMAKAPON. Tak peduli masalah kuliah atau ada kegiatan ekstra lainnya. PRIMAKAPON harus jadi prioritas. Meskipun dengan keterpaksaan dan sedikit kekecewaan, kami tetap mengikuti satu demi satu kegiatan PRIMAKAPON. Namun, tak jarang dari pola yang diterapkan oleh PRIMAKAPON ini membuat satu demi satu teman-teman seperjuangan di asrama berjatuhan dan kemudian mengundurkan diri. Tinggallah kami yang ”bermental baja” yang kuat-bertahan di asrama, karena memang tak punya tempat tinggal alternatif.
Masalah yang keseringan muncul pada waktu itu adalah masalah dana. Karena tak sama dengan kepengurusan Marwan yang kelimpahan dana, kepengurusan Bang Dika selalu kekurangan dana. Bila ada kegiatan, tak jarang kami dipaksa untuk mencari dana oleh senior. Bak seorang pahalawan yang menyelematkan nyawa PRIMAKAPON, kami pun mencari dana hingga harus membuang malu meminta kepada teman-teman kuliah, juga kepada dosen-dosen asal kabupaten.
Setahun kemudian, ketika momentum MUBES mengamanahkan kepada saudara kami Marwan untuk memimpin PRIMAKAPON, kami harus berhadapan dengan satu masalah lagi. Kami yang ditunjuk sebagai pengurus adalah anak-anak baru yang belum punya ilmu yang cukup untuk menggerakkan PRIAMAKAPON. Jadilah kami kebingungan di tengah jalan. Ketika kepengurusan fakum dan tak berjalan, senior-senior mulai ambil inisiatif. Hingga nyaris tak terlupakan suatu hari ketika pulang kuliah kami membaca sebuah ”warning” BP PRIMAKAPON kira-kira bunyinya begini ”Malam ini pengurus rapat, jika ada yang berani tidak datang akan kami seret sampai bedarah-darah...”, kejam bukan??? itu adalah strateginya BANG AGUS SETIADI DAN BANG DIKA FITRARIANTO untuk membuat pengurus bergerak. (sengaja nama mereka ditulis dengan huruf besar agar dikenal sepanjang hayat PRIMAKAPON).
Itu semua hanya kenangan lama yang masih seringkali diingat oleh teman-teman tiap kali bercerita tentang ”kisah sedih” masa lalu. Namun tak jarang ini membuat kita semua rindu pada PRIMAKAPON masa lalu. Saat kita masih menempati rumah kontrakan lusuh yang harus diisi oleh 4 orang dalam satu kamar, juga saat kita kesulitan air untuk mandi. Namun, satu hal yang berbeda dari saat ini, karena saat itu kita masih punya semangat, cita-cita, mimpi besar, dan idealime yang mengalahkan semua masalah-masalah yang ada.
Kini, semoga ini hanya perasaan ku saja yang sampai saat ini masih berada di struktural PRIMAKAPON, bahwa PRIMAKAPON tak lagi seperti dulu. Banyak hal yang hilang di sini. Entahlah apa, yang pasti rasanya hambar dan kosong saja dalam setiap interaksi kita, juga dalam setiap kegiatan kita yang kehilangan makna. Apa yang salah atau siapa yang salah??? Semenjak kasus pengurus masuk parol, interaksi kita mulai berubah. Begitupun dengan setiap agenda mulai sepi. Rapat-rapat tak lagi semarak, yang hadir pun wajah-wajah baru. Wajah-wajah lama???
PRIMAKAPON boleh jadi diisi oleh orang-orang hebat, orang-orang terkenal dan punya nama di luar, tapi PRIMAKAPON tak butuh itu semua. Yang dibutuhkan PRIMAKAPON saat ini adalah kehadiran anda semua dalam rapat-rapat PRIMAKAPON, suara-suara anda yang semarak, juga semangat optimisme itu. Aku takut PRIMAKAPON hanya dikenal orang sebagai organisasi yang menghimpun mahasiswa-mahasiswa pemimpi, mahasiswa idealis tanpa pernah mencoba merealisasikannya.
Semoga tulisan ini dapat mencerahkan kembali semangat perjuangan kita yang mulai hilang. Juga mendinginkan kegerahan kita saat berada di PRIMAKAPON. Saya hanya menagih janji anda semua yang dulu pernah berkata pada saya bahwa ”KITA TAK BOLEH HANYA NUMPANG TINGGAL, NUMPANG TIDUR, NUMPANG MANDI DAN NUMPANG MAKAN DI PRIMAKAPON, KARENA ASRAMA DAN UANG YANG KITA PAKAI UNTUK PRIMAKAPON ADALAH KERINGAT RAKYAT”.
ya begitu lah asrama sekaranng.
BalasHapus